Ku buka pintu rumahku, seorang gadis berdiri di sisi pohon
di depan rumahku. Gadis itu memiliki
rambut ikal yang dibiarkan tergerai dan tak terawat. Bajunya serampangan khas
anak metal setengah anak jalanan. Nama gadis itu adalah Ana. Teman sekelasku
dan entah mengapa menjadi pacarku. Tentu saja menjadi pacarnya tidaklah mudah.
Pertama, latar belakang keluarganya tak sama dengan latar
belakang keluargaku. Itu dapat dipastikan menjadi efek buruk untuk hidupku.
Memang benar, tapi aku tetap saja tak dapat memutuskan Ana walau pada dasarnya
aku sangat ingin. Dia itu adalah pacar pertamaku, itu sebabnya aku bingung
bagaimana cara untuk menghadapinya.
Kedua, dia sangat jauh dari criteria untuk orang yang aku
suka. Keluargaku pun mendapati kejanggalan yang sama. Namun hubungan kami terus
berlanjut. Ada yang mengatakan kami ini bagai langit dan bumi. Beberapa
mengatakan kami ini bagaikan malaikat dan iblis. Entahlah, apa pun itu aku
hanya mencoba untuk bersabar.
Hampir 2 tahun hubungan kami telah berjalan namun gelagat
aneh di tunjukkan olah Ana. Yang aku ingat kami putus hubungan satu bulan
setelahnya karena dia memiliki pacar baru. Tapi aku berterima kasih kepada
Tuhan karena tak ada satu pun kenangan yang aku ingat tentang dia.
Seminggu setelah aku kembali mendapat sebuah kebebasan, aku
jatuh cinta pada Kana. Kanaku tersayang yang sangat manis dan menggemaskan.
Walau kami berteman sejak kecil, aku tidak pernah benar-benar mengenalnya.
Kana tidak seperti gadis pada umumnya. Meski keluarganya
membebaskannya untuk bermain kapan pun, Kana tetaplah gadis yang baik. Dia
gadis yang sopan dan jujur. Tak jarang dia menolong orang yang bahkan tak
dikenalnya. Hal inilah yang menyebabkan banyak orang menyayanginya juga
memintanya menjadi menantu mereka.
No comments:
Post a Comment