Duniaku

"Astaga!!" ucapku dalam hati ketika ku lihat tugasku. bukan tugas yang menumpuk karena aku tidak mengerjakannya tapi karena tugas yang baru diberikan oleh para dosen. Walau setiap hari hampir tak tidur namun tugas-tugas ini terasa menghambat langkahku. Puncaknya aku akan seperti orang amnesia karena terlalu banyak hal yang aku pikirkan. .

Tubuhku menolak untuk beristirahat karena terbiasa kupaksa untuk beraktivitas. Aku pun sadar itu tidak baik, tapi aku melakukannya untuk masa depanku. Sekarang tubuhku pun menolak beraktivitas. Bingung, apa yang harus aku lakukan karena semua terasa serba salah.

Teman-temanku tak dapat membantu. walau satu jurusan, tugas yang dosen kami berikan selalu berbeda untuk setiap muridnya. Waktu kuliah dari pagi hingga malam pun tak jarang memperburuk kondisi kesehatanku. Aku bahkan pernah bertanya pada diriku sendiri, "Kapan aku sehat?"

Temanku banyak, hampir semua orang di kampusku mengenal siapa diriku. Tapi mereka tak pernah benar-benar tau siapa sebenarnya diriku. Ada juga orang-orang yang berkumpul menjadi fans clubku (entah dari mana asalnya). Aku tak cocok dengan semua yang ada di sini.

"Sebenarnya untuk apa aku di sini?" ucapku berulang kali. Ya, untuk apa aku kuliah di sini? apa alasanku kuliah di sini? aku sendiri pun tak tau apa jawabannya. Aku tak pandai dalam marketing ataupun akutansi, bahkan untuk mata kuliah kimia dan fisika dapat dikatakan kurang baik. Aku tak berminat menjadi seorang designer atau owner dari suatu peusahaan. Walau di sini aku menjadi model, bagiku semua sama saja. Bahasa Inggrisku biasa saja bukan British tapi juga tidak American walau setiap hari aku berbicara dengan menggunakan bahasa Inggris.

Pengetahuan umum dan sejarah perkembangan dunia yang ada padaku mungkin hanya 10%. Aku tak dapat menjahit ataupun membuat pola pakaian. Aku tak suka berteriak hanya untuk menahan argumenku agar diterima oleh orang lain.

Sekarang tak ada lagi diriku yang periang. Mereka memang memanggilku Tuan Putri, namun aku tetap tanpa ekspresi dan terkesan pendiam sekaligus penyendiri. Bagiku mereka tidaklah penting, keberadaanku di sini sudah cukup membuatku bermasalah.

Aku cukup kuat, walau aku banyak mengeluh aku tetap cukup kuat dari yang lainnya. Aku tak perlu menangis setiap pagi dan malam selama sebulan setengah hanya karena depresi di sini seperti teman sekamarku di asrama. Aku tak perlu pingsan-pingsan karena histeris menanggung beban yang dosen berikan. Aku tak perlu menangis kepada semua orang yang aku temui atau memaki setiap orang karena merasa tertekan.

Aku cukup berdiam diri sendirian di salah satu sudut. Takkan ada yang menggangguku atau mendekati wilayahku karena aku seorang tuan putri. Hatiku berteriak namun mulutku tertutup dengan rapat. Aku tak peduli dengan masa depanku nanti. Aku hanya perlu berusaha sekarang karena ini bukan bidangku. Aku hanya dapat sedikit bersantai di mata kuliah IT. Mungkin aku akan melihat dunia baru nanti. Bukan dunia Hitam dan Abu-abu seperti sekarang ini.

Aku hanya berharap dapat keluar dari tempat ini. Satu menit saja tak apa, tapi mungkin hanya keajaiban yang dapat membuatnya. Aku sekarang hanya menunggu seseorang untuk menjemputku sambil terus berjuang agar tetap berada di posisiku. Apa aku salah? Tak ada orang yang dapat diandalkan. Aku harus berjuang sendiri. Maafkan aku bila aku akan menjadi orang yang tak lagi menyenangkan. Tapi kesempatan tetap ada karena setiap manusia pasti berubah dan ada kenangan yang tetap sama di dalam perubahan itu.

 ~^^~

Aku berlari namun pintu itu tertutup sebelum aku sempat menyentuhnya.

 Aku terbangun dari tidurku. Aku merasakan wajahku memanas karena sinar matahari yang menerobos masuk dari jendela kecil di ujung tempat tidurku. Ku tatap jam di handphone ku. Waktu menunjukkan pukul setengah tujuh pagi. Ku ambil headsetku dan kembali tidur ketika musik bermain dari MP3 ku.

"Aku harap aku mati," bisikku sebelum aku masuk ke dalam dunia mimpi.

Aku melangkahkan kakiku secepat yang aku bisa. Pintu itu kembali tertutup. Aku merasa terkurung di ruangan gelap ini.

" Tolong!' jeritku, "Siapa saja tolong aku! Keluarkan aku dari sini!"

"Bangun! Kana! Bangun!" jerit Lisa membangunkanku. Ku buka mataku perlahan.
"Apa?" tanyaku malas. Ku lihat jam baru menunjukkan pukul setengah delapan pagi.
"Hujan!" jeritnya panik.
"Tapi pakaianmu masih di jemur di luar!" teriak Lisa membuat kepalaku terasa berputar. Ketenanganku telah terganggu!
~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~@~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~

Aku menatap kaca sekali lagi, tak ada yang aneh pada penampilanku.

Hari ini hari Minggu, kakak laki-lakiku datang menjemputku dengan mobilnya.

"Pakailah dress yang telah ku kirimkan!" begitulah isi pesan setelah aku menerima paket darinya kemarin malam.

Aku selalu merasa diriku tak menarik perhatian tetapi entah karena apa semua orang selalu melihat ke arahku. Aku memiliki dua orang kakak laki-laki yang brother complex sehingga tak ada seorang laki-laki pun yang dapat mengenalku lebih dari namaku saja. Setidaknya kecuali satu orang. Ya, satu orang anak laki-laki yang selalu berada di sisiku tak peduli seperti apa aku atau pun kondisiku.

"Kau sudah siap?" tanya kak Raven, kakak pertamaku. Aku hanya menganggukan kepalaku lalu bergegas menuju pintu.

"Ayo berangkat," ucapku pelan dan mungkin tidak semua orang yang berada di posisi kakakku dapat mendengarnya.

Di balik wajah datarku, hatiku tengah berdebar cepat.

"Aku akan pulang,' pikirku dan kau tau, itu artinya aku akan bertemu dengan anak laki-laki itu.

1 comment:

  1. Lanjutin ya..!!
    Nanti aku comment yang banyak..!! ^^

    ReplyDelete