Wednesday 28 August 2013

PROLOG : Sayap-sayap yang Tak Dapat Terbang

Aku pejamkan mataku, menunggu detak jantungku menjadi lebih stabil.
"Sekarang tahun berapa?" tanyaku pada teman sekelasku. Sesaat dia terdiam, regu untuk menjawab dan balik menatapku dengan tatapan bingung. Aku hanya tersenyum seolah tak terjadi apa pun. Pandangan matanya berubah menjadi tak peduli.
"2013", sahutnya seolah aku telah mempermainkannya dengan sukses lalu kembali meperhatikan dosen yang tengah mengajar.Tubuhku bergetar ketakutan.
'Kenapa?", ucapku dalam hati, 'Kenapa aku bisa melupakan tahun yang selama ini aku telah ketahui setiap harinya?"

Jam kuliahku telah berakhir sore ini namun pikiranku masih dipenuhi ketakutan. Ku langkahkan kakiku menuju asrama yang terletak tidak jauh dari kampus.
'Mungkin aku butuh istirahat," bisikku mengingat bahwa sudah beberapa hari terakhir ini aku terlalu sibuk hingga tak sempat untuk tidur.

Di depan deratan pintu yang berjajar dan terkunci rapat, aku terdiam. Mataku meneliti pintu-pintu itu satu persatu.
"Dimana kamarku?! SIAL!!" rutukku kesal. Ku pejamkan mataku dan ku biarkan kakiku melangkah sampai akhirnya berhenti di salah satu pintu yang paling sederhana. Tak ada sticker, coretan, atau hiasan apa pun di sana. Sangat berbeda dengan pintu-pintu lainnya. Dengan hati yang penuh dengan kekhawatiran, ku pegang handle pintu. Ku tarik napas dalam-dalam sebelum membukanya. Pintu itu terkunci. Tentu saja, aku belum mengeluarkan kunci dari jaketku.

Kunci dari saku jaketku cocok dengan lubang kunci di pintu. Dengan perlahan aku putar sang kunci dan membuka pintu itu. Setelah pintu terbuka, tubuhku terasa begitu lemas saat aku melihat ke dalam kamar.
'Ini kamarku," pikirku lega dan menyadari bahwa sejak tadi aku menahan napasku.

Ku langkahkan kakiku ke dalam kamar dan menutup kembali pintu di belakangku. Setelah mandi dan mengganti bajuku, aku mengunci pintu kamar dan terlelap di atas sarangku. Tubuhku terlalu lelah untuk berpikir hingga akhirnya mimpi membuaiku perlahan namun pasti.

"Bagaimana kabarmu? Maaf aku lagi sibuk sekali," sahut gadis di hadapanku. Ku tatap mata gadis itu, dia tersenyum lembut kepadaku. Gadis itu begitu cantik dengan rambut hitam sebahu yang tampak terawat dengan baik. Tubuhnya dibalut pakaian casual namun tampak begitu pas dan memperlihatkan lekuk tubuhnya yang sempurna.

'Gadis yang cantik, siapa dia?" bisikku selembut suara angin. Kurasa gadis itu mendengarnya. Raut wajahnya berubah sedih seketika itu juga.
"Kau kenapa?" tanyanya sambil memelukku. Tatapan matanya begitu dalam dan sedih.
"Aku sayang sekali padamu," ucapnya lirih lalu melepaskan pelukannya dariku. Tiba-tiba dia pergi menjauh dengan reflect tubuhku bergerak untuk mengejarnya.

Mataku terbuka, keringat membasahi rambut dan bajuku.
"Hanya mimpi," ucapku menenangkan diri sambil mengusap wajahku dengan telapak tangan. Ku tatap handphoneku. Tak ada pesan atau telepon masuk di sana. Ku ingat mimpiku kembali begitu juga dengan gadis dalam mimpiku.
"Siapa dia?" tanyaku pada diriku sendiri lalu mencari fotonya di dalam handphoneku.

Saturday 15 June 2013

Kebohongan diantara Daun-daun yang Berguguran

Aku bukan orang yang kaya, tapi aku juga tidak pernah termasuk ke dalam kategori orang miskin. Kau mungkin akan bertanya, betapa anehnya. .

Aku hampir tidak pernah menyimpan uang walau se sen pun. tapi semua yang aku butuhkan selalu terpenuhi dan kalau diperhatikan, semua yang aku miliki tidak dapat dimiliki olah setiap anak lainnya, sekaya apapun anak itu. Beruntungnya aku. .

Aku punya tunangan yang sabar, terampil dan pandai memasak, urusan wajah. . Aku punya banyak saingan untuk mendapatkannya, bahkan ketika dia sudah menjadi tunanganku, banyak orang yang ingin merebutnya dariku. .

Manusia sungguh egois. Beberapa diantara mereka tidak suka ada orang yang lebih bahagia dari dirinya dan mencoba merenggut kebahagian yang ada di orang lain. Padahal seesungguhnya dia sudah berada di posisi yang beruntung sebagai seorang manusia. Tapi dia tidak pernah bersyukur atas apa yang dimilikinya dan akhirnya akan menjadi manusia yang tidak pernah puas.

Sama seperti beberapa orang yang ku kenal. ada beberapa yang baik hanya untuk alasan tertentu dari keberuntunganku, ada yang suka menindas karena iri padaku, dan beberapa menipu kepercayaanku.

Aku sungguh lelah pada mereka yang telah aku berikan kepercayaanku tapi malah menyia-nyiakannya begitu saja. . Khususnya pada orang-orang tak bertanggung jawab yang seenaknya menggunakan barang-barangku dan tidak pernah mengembalikannya.

Beberapa mungkin tidak mencurinya tapi membicarakan hal-hal yang tidak benar di belakangku. Mungkin bila aku adalah daun, aku sekarang tengah berada di musim gugur di mana angin bertiup begitu kencang sehingga aku hampir terlepas dari dahan tempatku berpijak berulang kali.

Mungkinkah mereka memang merencanakanku untuk jatuh??!!
Seolah mereka sepakat melihat kehancuranku dan tak bergerak saat aku meminta tolong. Hanya melihat dari kejauhan dan bertindak seolah-olah mereka tidak melihat apa pun.

Aku hidup di dunia yang penuh warna. Aku bukanlah orang buta. Aku bukanlah orang bisu. Aku bukanlah orang tuli. Aku bukanlah orang lumpuh. Tapi kalian menjadikanku demikian. Kenapa kalian harus berperilaku layaknya binatang ?! Padahal seekor induk singa yang buas pun tidak akan memakan anaknya sendiri. Lalu kenapa kalian yang seorang manusia, yang lebih sempurna, bertindak lebih kejam kepada sesama? Bahkan kelakuan kalian lebih buruk daripada seekor binatang.

Aku menyelesaikan semua masalahku satu per satu. Tanpa bantuan. Tanpa pertolongan. Tanpa aba-aba. Aku berterima kasih kepada kalian yang tidak pernah membantuku dan selalu berpura-pura tidak tau. Karena kalianlah aku dapat mengerjakan semuanya sendiri. Karena kalian pula lah aku dapat memutuskan pilihanku sendiri. Karena kalian juga, sampai sekarang aku masih tetap tegak berdiri. Ini mungkin memang musim gugur, tapi itu tidak mencegahku untuk terus tumbuh sebagai daun yang masih muda.

Mungkin ketika aku berulang tahun, takkan ada yang mengingatnya. Mungkin ketika aku datang, aku hanya akan menemukan ruangan kosong. Mungkin aku akan selalu kehilangan barang-barangku satu per satu.

Inilah aku, inilah hidupku. Inilah caraku untuk terus bertahan. Aku tidak akan mati semudah itu, aku tidak akan terjatuh dan tak berdaya sebesar apa pun lubang yang kalian gali untukku. Karena aku adalah aku.

Aku tidak peduli apa yang kalian katakan tentangku. Aku tidak peduli apa yang kalian lakukan kepadaku. Karena kesakitanku akan menjadi sebuah pelajaran untukku. Mungkin keberhasilanku hanyalah hadiah dari kerja kerasku. Tapi suatu saat nanti akan aku buat kalian tak dapat mengatakan satu kata pun. Akan ku buat kalian tidak dapat mengambil apa pun dariku. Karena aku sudah mempelajari all of my pain. Dan pada saat itu aku akan tertawa penuh kemenangan.

Karena aku telah mengalahkan kalian, para manusia pembohong yang egois. .